Senin, 15 Oktober 2018

Asal-Usul Sabung Ayam Yang di Nusantara Bukan Sebatas Permainan Semata-mata

Beradu Ayam Jago atau biasa dimaksud dengan Sabung Ayam atau ayam aduan adalah permainan yang udah dilaksanakan masyrakat di kepulauan Nusantara semenjak dulu kala. Permainan ini adalah perkelahian ayam Jago yang mempunyai taji serta terkadan taji ayam jago ditambahkan dan dibikin dari logam yang runcing. Permainan sabung ayam di Nusantara nyatanya bukan hanya satu permainan hiburan semata-mata buat masyarkat, akan tetapi adalah satu narasi kehidupan baik sosial, budaya ataupun politik. 

Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berawsal dari folklore ( Narasi Rakyat ) Cindelaras yang mempunyai ayam sakti serta diundang oleh raja Jenggala, Raden Putran untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu prasyarat, apabila ayam sabung Cindelaras kalah karena itu dia bersedia kepalanya nya di pacung. Akan tetapi apabila ayam nya menang karena itu 1/2 kekayaan Raden Putra jadi punya Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertaurng dengan gagah serta berani. 

Akan tetapi dengan cepat, ayam cindelaras sukses menaklukan ayam sang Raja. Banyak pemirsa bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras serta ayamnya. Pada akhirnya Raja mengaku keunggulan ayam Cindelaras serta tahu jika Cindelaras gak lainnya adalah putranya sendiri yang lahir permaisurinya yang terbuang gara-gara iri dengki sang selir. 

Sabung ayam ikut jadi satu momen politik pada waktu lampau. Cerita kematian Prabu Anusapati dari Singosari yang terbunuh waktu melihat sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati berlangsung pada hari Buddha Manis atau Rabu Legi saat di kerajaan Singosari tengah berjalan keramaan di Istana Kerajaan satu diantaranya adalah pertunjukan Sabung Ayam. Ketetapan yang laku adalah siapa saja yang dapat masuk ke dalam ajang sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris. 

Sebelum Anusapati pergi ke Sabung Ayam. Ken Dedes ibu Anusapati memberikan nasehat anaknya biar janganlah melepas keris pusaka yang udah dipakainya apabila ingin melihat sabung ayam digelar di Istana, akan tetapi tidak lama sabung ayam belum juga dilaksanakan Anusapati melepasakan keris nya atas himpitan Pranajaya serta Tohjaya. Pada waktu itu diarena berlangsung kemelut serta pada akhirnya momen yang diragukan Ken Dedes terjai di mana kemelut itu merengut nyawa Anusapati yang tergeletak mati diarena sabung ayam dibunuh adiknya Tohjaya yang ditusuk dengan keris pusakanya sendiri. 

Lalu Jenazah Anusapati dikebumikan di Candi Penatran serta peristiwa itu masih dikenang orang, Anusapati adalah kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes serta Bapak Tunggul Ametung sedang Tohjaya adalah anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang diriwayatkan mempunyai hoby menyabung ayam. Memang dalam narasi rakyat terlebih Ciung Wanara berkisah jika keberuntungan serta pergantian nasib seorang dipastikan oleh kalah menangnya ayam diarena sabung ayam, begitu pula Anusapati bukan kalah dalam beradu ayam akan tetapi dalam permainan ini dia terbunuh. 

Sedang di Bali permainan sabung ayam dimaksud dengan Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh rah, satu diantaranya yadnya ( Upacara ) dalam masyrakat Hindu di Bali. Arahnya mulia, ialah mengharmoniskan jalinan manusia dengan bhuana agung, Yadnya ini runtuhan dari upacara yang sarananya gunakan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, serta beberapa style hewan peliharaan lainnya. 

Persembahan itu dilaksanakan melalui langkah nyambleh ( leher kurban dipotong selesai dimanterai. Awal kalinya lantas dilaksanakan ngider serta perang sata dengan peralatan kemiri, telur, serta kelapa. Perang sata adalah pertempuran ayam dalam serangkaian kurban suci yang dikerjakan tiga partai ( telung perahatan ), yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, serta pemushan dunia. Perang sata adalah lambang perjuangan hidup. 

Kebiasaan ini telah lama ada, bahkan juga sejak era Majapahit. Waktu itu menggunakan makna menetak gulu ayam. Pada akhirnya tabuh rah merembet ke bali yang berawal dari pelarian beberapa orang majapahit, kurang lebih tahun 1200. mirip dengan beberapa pekerjaan lainnya yang dilaksanakan masyrakat bali dalam menekuni ritual, utamanya yang terjalin dengan penguasa jagad, tabuj rah mempunyai petunjuk yang bergantung pada basic sastra. 

Tabuh rah yang kerapkali digelar dalam serangkaian upacara Butha Yadnya lantas banyak dimaksud dalam beberapa lontar. Umpamanya, dalam lontar siwa tatawapurana yang salah satunya mengatakan, dalam tilem kesanga ( waktu bulan betul-betul tdk nampak pada bulan ke-9 penanggalan bali ). Bathara Siwa mengadakan yoga, waktu itu kwajiban manusia dibumi berikan persembahan, lalu diadakan pertempuran ayam serta dikerjakan Nyepi satu hari. Yang dikasih kurban adalah sang Dasa Masa Bumi. 

Informasi Lebih Lanjut Dapat Hubungi kami Di : 
Wechat : Bolavita 
WA : +6281377055002 
Line : cs_bolavita 
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )
http://sabungayam.life/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar