Jumat, 28 September 2018

Asal-Usul Sabung Ayam Yang di Nusantara Bukan Semata-mata Permainan Semata

Beradu Ayam Jago atau biasa dimaksud dengan Sabung Ayam atau ayam aduan adalah permainan yang sudah dijalankan masyrakat di kepulauan Nusantara semenjak jaman dulu. Permainan ini adalah perkelahian ayam Jago yang punyai taji serta terkadan taji ayam jago ditambahkan dan dibikin dari logam yang runcing. 

Permainan sabung ayam di Nusantara nyata-nyatanya bukan hanya suatu permainan hiburan semata-mata buat masyarkat, namun adalah suatu narasi kehidupan baik sosial, budaya atau politik. Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berawsal dari folklore (Narasi Rakyat) Cindelaras yang punyai ayam sakti serta diundang oleh raja Jenggala, Raden Putran buat mengadu ayam. 

Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu ketentuan, bila ayam Cindelaras kalah jadi ia bersedia kepalanya nya di pacung. Namun bila ayam nya menang jadi 1/2 kekayaan Raden Putra jadi punya Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertaurng dengan gagah serta berani. Namun dalam tempo singkat, ayam cindelaras sukses menaklukan ayam sang Raja. 

Beberapa pirsawan bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras serta ayamnya. Pada akhirnya Raja mengaku keunggulan ayam Cindelaras serta jelas jika Cindelaras gak beda yaitu putranya sendiri yang lahir permaisurinya yang terbuang karena iri dengki sang selir. 

Sabung ayam juga jadi suatu moment politik pada kala lampau. Cerita kematian Prabu Anusapati dari Singosari yang terbunuh waktu saksikan sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati berlangsung di hari Buddha Manis atau Rabu Legi sewaktu di kerajaan Singosari tengah berjalan keramaan di Istana Kerajaan diantaranya yaitu pertunjukan Sabung Ayam. 

Aturan yang laku yaitu siapa-siapa saja yang bakal masuk ke dalam ajang sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris. Sebelum Anusapati pergi ke Sabung Ayam. Ken Dedes ibu Anusapati memberikan nasehat anaknya biar jangan sampai melepas keris pusaka yang sudah dipakainya bila ingin saksikan sabung ayam diadakan di Istana, namun tidak lama sabung ayam belum juga dijalankan Anusapati melepasakan keris nya atas tekanan Pranajaya serta Tohjaya. 

Pada waktu itu diarena berlangsung keributan serta pada akhirnya moment yang dicemaskan Ken Dedes terjai di mana keributan itu merengut nyawa Anusapati yang tergeletak mati diarena sabung ayam dibunuh adiknya Tohjaya yang ditusuk dengan keris pusakanya sendiri. 

Selanjutnya Jenazah Anusapati dikebumikan di Candi Penatran serta peristiwa itu konsisten dikenang orang, Anusapati yaitu kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes serta Ayah Tunggul Ametung dan Tohjaya yaitu anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang diriwayatkan punyai kegemaran menyabung adu ayam

Memang dalam narasi rakyat terlebih Ciung Wanara menceritakan jika keberuntungan serta pergantian nasib seorang dipastikan oleh kalah menangnya ayam diarena sabung ayam, begitupun Anusapati bukan kalah dalam beradu ayam namun dalam permainan ini ia terbunuh. 

Dan di Bali permainan sabung ayam dimaksud dengan Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh rah, satu diantaranya yadnya (Upacara) dalam masyrakat Hindu di Bali. Maksudnya mulia, ialah mengharmoniskan interaksi manusia dengan bhuana agung, Yadnya ini runtuhan dari upacara yang sarananya memanfaatkan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, serta beragam tipe hewan peliharaan beda. 

Persembahan itu dijalankan melalui cara nyambleh (leher kurban dipotong sehabis dimanterai. Awal kalinya lantas dijalankan ngider serta perang sata dengan peralatan kemiri, telur, serta kelapa. Perang sata yaitu perlawanan ayam dalam serangkaian kurban suci yang dikerjakan tiga partai (telung perahatan), yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, serta pemushan dunia. Perang sata adalah ikon perjuangan hidup. 

Rutinitas ini udah lama ada, bahkan juga sejak jaman Majapahit. Waktu itu memanfaatkan makna menetak gulu ayam. Pada akhirnya tabuh rah merembet ke bali yang berawal dari pelarian beberapa orang majapahit, kira-kira tahun 1200. 

sama dengan beragam kegiatan beda yang dijalankan masyrakat bali dalam melakukan ritual, terutamanya yang terjalin dengan penguasa jagad, tabuj rah punyai petunjuk yang bergantung pada basic sastra. 

Tabuh rah yang kerapkali diadakan dalam serangkaian upacara Butha Yadnya lantas banyak dimaksud dalam beragam lontar. Semisalnya, dalam lontar siwa tatawapurana yang salah satunya mengatakan, dalam tilem kesanga (waktu bulan betul-betul tidak kelihatan pada bulan ke-9 penanggalan bali). 

Bathara Siwa menghadirkan yoga, waktu itu kwajiban manusia dibumi berikan persembahan, selanjutnya diselenggarakan perlawanan ayam serta dikerjakan Nyepi satu hari. Yang dikasih kurban yaitu sang Dasa Waktu Bumi. 

Buat Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi ; 
Wechat : Bolavita 
WA : +6281377055002 
Line : cs_bolavita 
BBM PIN : BOLAVITA (Huruf Semua)
http://sabungayam.life/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar